Saya Datang, Mereka Diam dan Pergi

Saya Datang, Mereka Malah Diam dan Pergi

VIONITA Diary — Pernah mengalami gak, ketika Anda kembali aktif di media sosial setelah sebelumnya cukup lama gak aktif di sana, Anda dihadapkan dengan sebuah situasi di mana sejumlah teman-teman yang berada dalam daftar jaring pertemanan Anda secara "tiba-tiba" menghilang atau tidak menampakkan batang hidungnya di sana, atau mereka mendadak berdiam diri agar tidak berinteraksi dengan Anda sehingga mereka terkesan dengan sengaja menyetop segala aktivitasnya di sana?

Jujur, fenomena seperti ini sering saya alami. Memang sih, daripada ribet mengurusi hal sepele macam begini, lebih baik saya memilih untuk tetap berprasangka baik kepada mereka. Karena siapa tahu, di saat saya kembali aktif di sana, secara kebetulan pula di saat itu mereka memutuskan untuk beranjak pergi meninggalkan kebiasaan beraktivitasnya di sana, dan mereka tidak tahu bahwa saya telah hadir kembali di sana.

Pengalaman pribadi ini sengaja saya angkat menjadi tulisan di blog ini karena saya menilai bahwa fenomena ini merupakan sesuatu yang unik bagi saya. Saya katakan unik karena kejadiannya sering berulang. Gak mungkin saya katakan unik bila kejadiannya hanya terjadi sesekali saja. Bener gak? Atau justru terbalik? Heheheh.

"Mungkin Mereka Segan atau Pernah Terluka, Dell"

Itulah sejumput argumen dari teman-teman setia saya untuk membantu menjawab lebih terang akan fenomena yang sering saya alami ini. Teman-temanku yang setia ini memandang bahwa tidak semua orang yang ada dalam daftar jalinan pertemanan saya di media sosial mempunyai ketertarikan bahasan (hobi wacana) yang sama dengan saya, apalagi tentang wacana agama dan politik yang sering saya tulis di sana. Jadi, menurut mereka, orang lain yang merasa dirinya tidak tertarik terhadap wacana seperti itu biasanya akan memilih diam, seraya merasa tidak perlu untuk mengacuhkan kehadiran saya.

Faktor lainnya, masih menurut mereka, hal ini mungkin saja diakibatkan perasaan tidak sreg dari mereka (contoh: karena terluka perasaannya) atas sikap yang pernah saya perbuat sebelumnya kepada mereka sehingga pada akhirnya mereka menjadi antipati terhadap saya hingga sekarang.

Tanggapan Saya

Hmmm... bisa jadi kedua argumen di atas itu benar adanya, karena walaupun selama ini saya merasa tidak pernah bersikap sesuatu yang membuat mereka terluka/tersinggung, saya tetap harus menyadari dan bisa meyakini bahwa celah kemungkinan itu (baca: mereka sakit hati karena ulah saya) tetap ada. Meskipun, hingga saat ini saya tidak bisa mengetahuinya secara pasti.

Well, kini saya ibarat terseret ke sebuah ruangan gelap di mana saya merasa "bersalah tanpa alasan jelas". Ya Allah ya Rabb, please show me what the problems are.

Permohonan Maaf

Teman, saya mohon maaf bila memang saya pernah membuat hatimu terluka. Sungguh, sekalipun saya bukanlah makhluk sempurna tapi selama ini saya sama sekali tak pernah memiliki niat untuk sengaja membuatmu terluka.

Silakan, sampaikanlah dengan jujur kepadaku apa gerang yang membuatmu terluka bila kau benar-benar terluka karenaku. Jangan sampai, persoalan yang misterius bagiku ini terus-menerus mengganjal ruang gerak interaksi di antara kita, sehingga membuat jarak antara diriku dan kalian semakin menjauh. Saya tak menginginkan hal itu terjadi.

Ayuk, jujurlah padaku. Sebagaimana aku telah jujur nan tulus menuliskan hal ini untukmu.