Potensi Ruhaniah Manusia

Potensi Ruhaniah Manusia

Tidak sedikit orang yang enggan mendengar selagi mempercayai suatu peristiwa yang luar biasa atau disebut suprarasional. Namun demikian, orang beriman sulit menolak peristiwa yang diberitakan oleh agamanya walaupun tidak sejalan dengan hukum alam. Bagaimana Isa a.s. lahir tanpa ayah, banyak yang tidak mengerti. Maryam, sang ibu suci pun bingung sehingga Allah Swt melarangnya berbicara dan menugaskan bayinya untuk memberikan penjelasan (lihat QS 19:26).

Kini ada yang berkata bahwa peristiwa semacam itu adalah perbuatan Tuhan yang kuasa membatalkan hukum alam, dan ada pula yang mengakuinya bahwa kejadian kejadian semacam itu berada dalam batas hukum yang belum teruangkap.

Alexis Carel, peraih hadiah nobel dalam bidang kedokteran, dalam bukunya "Man the Unknown", menulis tentang daya potensi manusia. Telepati yakni daya untuk menangkap atau menyampaikan sesuatu kepada, atau dari orang lain dari jarak jauh dan tanpa alat dikenal dalam literature keagamaan serta dibuktikan oleh ilmuwan, walaupun diduga bagi sebagian orang hal itu berada di luar hukum alam. Menurut Carel, hal itu dapat terjadi di setiap tempat dan waktu, walaupun banyak ilmuwan yang meragukannya. Itu wajar karena telepati jarang terjadi, dan lebih lagi telepati terkadang berada di celah tumpukan berbagai kisah khayalan yang ditimpakan kepada manusia.

"Ada aktivitas keagamaan," tulis Carel, "yang dapat mengubah fungsi anggota tubuh dan kelenjar-kelenjar. Kita dapat menyaksikannya dalam berbagai situasi, antara lain dalam shalat. Shalat adalah konsentrasi penuh menembus alam ini menuju satu totalitas wujud yang tidak terbatas. Ini bukan bidang nalar. Para filosof dan ilmuwan pun sukar memahaminya. Hanya orang-orang yang jauh dari rayuan gemerlap dunia yang mudah merasakannya, semudah merasakan kehangatan mentari dan kasih sayang seorang teman. Shalat yang demikian akan melahirkan mukjizat. Di semua tempat dan waktu ada yang mengalami, melihat, dan mendengar adanya orang-orang yang pulih kesehatannya di tempat ibadah atau ketika (mereka) berkunjung ke tempat suci. Sayang, keperkasaan sains semenjak abad ke-19 telah menjadikannya terlupakan. Ada manusia yang mempu menyelami rahasia pikiran orang lain, merasakan peristiwa masa silam bahkan melihat dari jarak dan masa yang sangat jauh, kemudian melukiskannya dengan sangat rinci. Ini memang jarang terjadi tapi pernah terjadi, potensi ini ada pada banyak manusia tapi tidak semua mampu mengembangkannya."

Semua agama memperkenalkan hal-hal yang suprarasional, tetapi tidak sedikit penganut agama yang memperluas wilayahnya sehingga yang irasional pun ikut mereka suburkan. Ini antara lain, yang melahirkan segala informasi, kecuali yang rasional.

Apa yang saya maksudkan di sini bukan berarti saya berupaya menyuburkan hal-hal yang irasional dan khurafat yang masih terdengar dalam khutbah dan ceramah agama. Yang saya maksudkan tidak kecuali mendudukkan persoalan bahwa dalam hidup ini ada hal-hal yang suprarasional dan ada pula potensi manusia yang belum dikembangkan. Karena memang, bahwa manusia (seperti judul buku peraih nobel 1912 itu) makhluk yang belum dikenal, yang paling tidak dikenal, dan tidak dikembangkan adalah tentang potensi ruhaniahnya.

dikutip dari "Lentera Hati" (Dr. M. Quraist Shihab)

*Kontributor artikel: Rifki Budiman
Della Vio